Mukti Sutarman Espe |
Kudus,- Yudhi MS yang dikenal sebagai salah satu penyair handal di Kabupaten Kudus, belum habis. Setidaknya itu terlihat dalam bedah puisi karya Yudhi MS di Olah-Olah Kampung Seni di Desa Dersalam Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, Sabtu malam (4 Juni 2011).
Dalam acara ini, sejumlah karya Yudhi MS dibacakan. Di antaranya dari Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (Fasbuk) para pelaku seni dari Semarang dan Kudus. Beberapa puisi yang dibacakan oleh Kanthi (Dimanakah Engkau), Nung Gondrong (Tafakur), Adit (Kita Lumpur), dan Yudhi MS sendiri membacakan puisi berjudul Tuhan dan Sisakan Cinta untuk Aceh.
Usai pembacaan puisi karya Yudhi MS, dilanjutkan dengan bedah karya yang dilakukan Mukti Sutarman Espe, yang juga rekan sesama sastrawan Kudus. Menurut Mukti, puisi karya Yudhi MS banyak yang bertema sosial. Seperti karyanya yang berjudul Puisi-puisi Pamflet, Potret Pembangunan, Si Burung Merak. “Ciri khas puisi milik Yudhi MS beralih ke dalam gaya ucap baru yang cenderung lugas, telanjang, bahkan binal,” terangnya.
Persoalan itu, jelas Mukti, Yudhi tidak sendiri. Banyak penyair yang puisi-puisinya sewarna itu mengalami hal serupa. Pada tataran penyair sekaliber WS Rendra misalnya, juga “menurun” kapasitas dan kualitas kepenyairannya seputar masalah sosial. Sementara Slamet Mulyono yang lebih akrab dipanggil Mamik, menyebutkan acara yang dihelat di Padepokan Olah-Olah Kampung Seni ini sebagai wujud apresiasi dan ruang terbuka bagi seniman kepada masyarakat. “Ini sebagai ruang kreatif dan komunikasi antar seniman,” jelasnya. (san/oko-Radar Kudus)
Sungguh, saya bangga sekali bisa menemukan blog yang amat menginspirasi untuk berkarya sastra ini, Pak Gito! Salut...!
BalasHapus