Selamat datang di blog Puisi-Puisi Indonesia. Anda bisa ikut berpartisipasi dengan mengirimkan karya puisi, cerpen, artikel dan essai sastra beserta biodata dan foto diri Anda melalui email kami di izza.alqassam@gmail.com atau addin.shaumi@gmail.com. Mari kita dokumentasikan karya puisi kita untuk kita kita apresiasi guna memajukan sastra dan budaya Indonesia. Terima kasih.

Selasa, 02 Agustus 2011

Musikalisasi Puisi “Refleksi Kerusakan Lingkungan”

Jumari HS
KUDUS-Suara musik yang mengiringi pembacaan puisi terdengar memenuhi selasar Padepokan Olah-Olah Kampoeng Seni, Desa Dersalam Kecamatan Bae, Rabu malam (27 Juli 2011). Sejumlah penyair seperti Yudhi MS, Mukti Sutarman SP, Jumari HS, Rohadi Noor, dan Saiful Amri secara bergantian membacakan syair-syair puisi. Para penyair ini membacakan dua sampai tiga puisi.
Malam yang hening, membuat pembacaan puisi ini lebih terasa khidmat. Satu persatu karya puisi dibacakan. Selain sejumlah karya puisi penyair terkenal, karya-karya pribadi juga dibacakan. Rangkaian tepuk tangan mengiringi setelah pembacaan puisi selesai.
Tema puisi yang dibacakan malam itu juga tidak monoton tentang masalah percintaan. Namun, masalah social, politik dan lingkungan memang menjadi mengalir satu persatu.
Seperti Jumari HS, salah seorang penyair di Kudus ini membacakan puisi berjudul “Gelisah Gunung Muria”. Dia menyatakan ini sebagai refleksi akibat kerusakan yang terjadi selama ini. Namun, hingga kini belum ada upaya yang nyata dari masyarakat dan pemerintah khususnya.
“Kami melihat tidak ada komitmen pemerintah untuk menjaga kelestarian lingkungan. Mereka lebih mementingkan keuntungan secara materi disbanding memikirkan masa depan lingkungan,” kata Jumari usai pementasan malam itu.
Menurut Jumari kondisi Lereng Muria sekarang sangat memprihatinkan. Potensi sumber air dari kawasan itu lambat laun terus menrun. Padahal selama ini, mata air dari gunung itu menjadi penghidupan masyarakat sekitar.
“Tidak hanya komitmen pemerintah. Namun, kesadaran lingkungan harus dimiliki mulai dari sekarang. Sehingga generasi mendatang masih bias menikmatinya,” imbuhnya.
Tampilan yang berbeda dipersembahkan Q-Sanak. Sebuah grup music yang malam itu mencairkan suasana. Q-Sanak sendiri, pada malam itu mempersembahkan beberapa judul lagu yang berasal dari gubahan puisi. Salah satunya yang berjudul “Belenggu”. Petikan gitar dengan iringan tetabuhan gendang membuat suasana semakin hidup. “kami ingin menampilkan sesuatu yang berbeda mala mini,” ujar Andri salah satu personel Q-Sanak. 
Acara musikalisasi puisi ini terselenggara atas kerja sama Forum Apresiasi Sastra dan Budaya Kudus (Fasbuk), dengan menggandeng Padepokan Olah-Olah Kampoeng Seni. Tujuannya untuk menghidupkan karya sastra di Kota Kretek. (Contributed by : fud/oko/radar kudus 2011)